Haloalkana adalah golongan senyawa kimia organik yang diturunkan dari alkana yang mengandung satu atau lebih atom halogen. Haloalkana sering disebut dengan alkil halida atau halogenoalkana. Disebut alkil halida karena haloalkana mengandung gugus alkil dan ion halida. Namun IUPAC lebih menggunakan istilah haloalkana.
Sejarah Haloalkana
Haloalkana dikenal manusia telah lama. Etil klorida diproduksi dengan cara sintesis pada abad 15. Sistematika sintesis haloalkana dikembangkan pada abad 19 seiring dengan kemajuan bidang ilmu kimia organik dan semakin dikenalnya alkana. Metode sintesis semakin dikembangkan dengan pembentukan selektif ikatan C-halogen. Metode yang sangat berguna termasuk reaksi adisi halogen ke alkana, hidrohalogenasi alkena, dan pembentukan alkil halida dari alkohol.
Struktur Haloalkana
Haloalkana merupakan senyawa turunan alkana dengan satu atau lebih atom halogen yang terikat pada atom karbon. Dengan demikian, struktur haloalkana adalah berupa alkana dengan satu atau lebih atom hidrogen yang diganti dengan atom halogen. Contoh sederhana, jika salah satu atom hidrogen pada metana (CH
4) digantikan dengan ion fluorida, maka akan terbentuk senyawa CH
3F dengan nama fluorometana atau metil fluorida.
Penggunaan Haloalkana
Manfaat haloalkana sangat banyak dan leh karena itu haloalkana diproduksi dengan skala besar untuk tujuan komersial. Beberapa manfaat haloalkana adalah sebagai bahan baku farmasi, senyawa pendingin dalam kulkas dan AC (gas freon) , pelarut, dsb.
|
Gas freon untuk pendingin kulkas dan AC merupakan senyawa haloalkana |
Namun efek samping yang besar ditimbulkan karena penggunaan haloalkana. Sebagai contoh yang paling besar adalah senyawa CFC (
Chloro Fluoro Carbon) yang menyebabkan penipisan lapisan ozon. Banyak senyawa alkil halida yang menyebabkan efek rumah kaca.